Pohon: Pompa Air Raksasa dalam Siklus Hidrologi
Dalam siklus hidrologi, air yang berdaur di planet kita akan tertahan oleh awan dalam bentuk embun yang kemudian jatuh ke bumi sebagai hujan. Hujan akan turun di daerah aliran sungai (DAS), suatu kawasan yang mengalirkan air ke sungai-sungai kecil menuju ke sungai utama yang akhirnya mengalir ke laut. Air tersebut lalu mengembun menjadi awan sehingga lengkaplah satu siklus hidrologi yang terjadi di bumi. Satu siklus hidrologi yang menukar seluruh air di atmosfer terjadi setiap 12 hari (Habib & Alamsyah, 2014).
Ketika hujan turun di hutan, akan ada beberapa kemungkinan dengan air: sebagian air akan diserap oleh akar pepohonan kemudian dilepas ke udara melalu proses transpirasi (pernapasan tumbuhan). Sebgian lagi masuk ke dalam tanah dan menjadi air-tanah. Air tanah merupakan air yang mengalir melalui pori-pori tanah dan membentuk jalur aliran air-tanah (flownet). Air-tanah akan tertampung dalam suatu bak di dalam tanah yang disebut akuifer. Bagian atas air-tanah disebut water table (permukaan air-tanah).
Kemampuan tanah di hutan sangat cukup untuk menahan air dalam volume yang banyak. Hal ini karena struktur tanah yang ada di hutan berongga-rongga hasil campuran tanah lempung, pasir, dan bahan organik yang membusuk (Van Noordwijk, 2004). Tanah yang berongga juga disebabkan oleh akar tumbuhan yang meretas tanah dan binatang yang hidup di dalam tanah. Lapisan atas dipenuhi bakteri yang mengurai senyawa-senyawa organik menjadi zat hara yang larut dalam air. Zat hara kemudian masuk ke dalam tanah dan diserap oleh sistem akar tanaman. Sebaliknya, lahan yang terbuka memiliki kegiatan biologis lebih sedikit. Oleh karena itu lahan yang terbuka tidak dapat menampung air dalam jumlah yang banyak.
Pepohonan merupakan pompa air raksasa yang tersusun atas akar dan daun. Akar menyedot air dan larutan mineral yang bergerak naik melalui jaringan di bawah kulit kayu menuju daun (Saputra & Sancaningsih, 2014). Di daun, keduanya diubah menadi gula dan protein yang merupakan makanan tanaman. Makanan ini kemudian bergerak turun ke akar untuk membantu pertumbuhannya. Dedaunan juga melepas banyak uap air kembali ke atmosfer. Di dalam tanah, akar pepohonan akan memancang pohon kuat-kuat ke tanah sehingga pohon berdiri kokoh dan tanah terikat kuat.
Daun gugur juga menjadi bagian terbesar bahan organik mati di tanah. Keteduhan tajuknya mengurangi penguapan bahan-bahan organik tersebut. Oleh karena itu, boleh dibilang pohon menggarap sendiri tanah tempatnya tumbuh. Tentu saja proses ini memakan waktu. Pertama-tama tumbuhan kecil menghasilkan sedikit humus, tempat yang memungkinkan tumbuhan yang lebih besar tumbuh sehingga terbentuklah tanah yang cukup kaya unsur hara untuk menghidupi hutan dan semua mahluk yang ada di sana.
Tanpa pepohonan di hutan yang menyerap hujan dan mengisi kembali air-tanah, sungai dan mata air di bumi maka akan terjadi kekeringan. Kekeringan ini menyebabkan udara menjadi kurang lembab dan curah hujan menyusut. Menyusutnya curah hujan akan mengakibatkan tanah menjadi tidak subur karena humus yang terus tergerus. Hal ini akan mengakibatkan pohon susah tumbuh di area tersbut.
Kehidupan tidak akan terjadi jika tidak ada air. Air merupakan sumber kehidupan. Siklus air merupakan siklus kimiawi hasil rekayasa kehidupan yang senantiasa beredar dalam daur-ulang bertali-temali yang diciptakan sang pencipta dengan bantuan beberapa komponen salah satunya pohon. Pohon memegang penting peranan dalam siklus air (hidrologi).
Referensi :
Habib, A. dan Alamsyah, P. (2014). Kajian Pengelolaan Sistem Sungai Dalam Pengendalian Banjir Berbasis Siklus Hidrologi. Fakultas Teknik Unissula.
Van Noordwijk, M., Agus, F., Suprayogo, D., Hairiah, K., Pasya, K., Verbist, B. dan Farida. (2004) Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Agrivita
Saputra, A. dan Sancaningsih, R.P. (2014). Analisis Vegetasi Pohon Di Daerah Tangkapan Air Mata Air Cokro Dan Umbul Nila Kabupaten Klaten, Serta Mudal Dan Wonosadi Kabupaten Gunungkidul. Fakultas Biologi UGM